RELASI LOKALITAS DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INDONESIA TAHUN 2005-2015

Pradipto Bhagaskoro, S. Hub, Rommel Utungga Pasopati, S. Hub. Int, Syarifuddin Syarifuddin, S. Hub. Int., M. Si.

Abstract


Pemerintah Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir memfokuskan pembangunan negeri ini pada aspek infrastruktur. Pembangunan pondasional masih meninggalkan jejak sentralisasi budaya pusat kepada daerah sehingga membentuk ketimpangan daripada sinergi. Pembangunan infrastruktur masih ekonomis berbasis investasi dan mengabaikan aspek lokalitas. Hal inilah yang menggelisahkan; apakah budaya lokal diakomodasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia pada 2005-2015? Pertanyaan tersebut akan dibahas melalui metodologi eksploratif-deskriptif dengan analisis kualitatif pada sumber-sumber tekstual. Analisis tersebut menjawab relasi pusat dan lokal dalam komunikasi antar-budaya terkait pembangunan infrastruktur. Relasi pertama adalah pembangunan transportasi yang masih bertumpu pada akses daripada pembangunan dan pemerataan ekonomi lokal. Keterbukaan akses nyatanya tidak seketika pula membangun wilayah daerah. Relasi kedua adalah struktur sosial yang berubah dikarenakan pembangunan infrastruktur. Perubahan ini tidak jarang berujung represi dan konflik antara masyarakat lokal dan pemerintah atau perusahaan karena infrastruktur seringkali tidak sesuai dengan keadaan sosial setempat. Relasi ketiga adalah ketimpangan budaya pendidikan yang mengabaikan komunikasi antar-budaya. Pendidikan masih didasarkan pada aspek kuantitatif daripada kualitatif dengan konten lokal. Dari ketiga hal tersebut, pembangunan infrastruktur masih menjadikan lokalitas sebagai objek pembangunan semata. Dengan meninjau kembali tujuan pembangunan, komunikasi dengan aspek lokal hendaknya dibangun tanpa melupakan hakikat pembangunan itu sendiri.

Kata Kunci pembangunan infrastruktur, komunikasi antar-budaya, konstruksi sosial, pendidikan, transportasi

 

In the last ten years, The Government of Indonesia focused this country's development in infrastructure aspect. Meanwhile, this foundational development still left traces of centralistic culture to local that built imbalances rather than synergies. Infrastructure-based development was still aiming to enhance the economy through global investments which unfortunately ignore local aspects of people. From explanation above, a question raised; was local culture accomodated by infrastructure-based development in Indonesia in 2005-2015? This question will be answered through explorative-descriptive method through qualitative analysis on textual data. This analysis would like to answer center-local relations in cross-cultural communication in infrastructure-based development. First relation is about transportation development which still built access rather than shaped equal local economy. Openness through accesibility is not automatically strengthen local region. Second relation is changing social structure as the excess of infrastructure-based development. This change was faced through repression and conflict between government or companies with local people because of such inappropriateness within. Third relation is cultural education which ignored cross-cultural communication. Developments are made only through quantitative aspect rather than local qualitative content. From those three above, infrastructure-based development still indicated locality only as its object. By reflecting the purpose of development, communication with locals should be built without taking out the essence of the development itself.

Keywords cross-cultural communication, education, infrastructure-based       development, social construction,  transportation


Full Text: PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.